Kamis, 15 April 2010

the good father


Apakah Anda sering mendengar istilah Godfather? Sebuah istilah yang kita kenal melalui sebuah film yang bercerita tentang mafia dan disebarluaskan keseluruh dunia melalui film The Godfather, sebuah film yang dirilis pada tahun 1972 disutradarai oleh Francis Ford Coppola dan dibintangi antara lain oleh Marlon Brando dan Al Pacino serta diangkat dari novel tulisan Mario Puzo. Film ini bercerita tentang sebuah keluarga Mafia di Amerika Serikat yang dipimpin Don Vito Corleone (Brando) dengan berbagai intrik dan pertentangan untuk berebut kekuasaan didalamnya.

Secara umum sosok Godfather digambarkan sebagai bos dari segala bos yang memegang kendali suatu wilayah tertentu dengan bisnis utama adalah narkotika, prostitusi, pencucian uang, perjudian dan semua bisnis yang beraroma ilegal. Selain sebagai penguasa seorang Godfather digambarkan juga merupakan ketua klan sebuah keluarga besar mafia(kumpulan berbagai keluarga) yang dengan mengunakan segala cara tidak peduli melanggar hukum manusia, alam dan Tuhan sekaligus dan penuh kepuasaan ketika semakin kejam dalam bertindak yang penting bagi seorang Godfather adalah semua kepentingan bisnis dan keamanan keluarganya terjaga. Hampir sepanjang cerita dihiasi dengan berbagai intrik dan perebutan kekuasaan untuk saling menjatuhkan dan sebagai akibatnya keluarga dalam hal ini isteri dan anak anak sering menjadi korban...

Ilustrasi diatas adalah gambaran bahwa kita sebagai seorang laki laki atau seorang ayah bisa mendapatkan segala macam alasan dan data pendukung untuk membenarkan segala tindakan kita demi membahagiakan keluarga dan kepuasaan diri sendiri dengan semua cara logis dan sesuai selera insting/bawaan alamiah yang melekat pada diri kita karena kita merasa dihadapkan oleh pilihan yang harus diambil secara cepat yaitu Anda mau melakukannya atau anda biarkan orang lain yang melakukannya. Masalah tambahan lain yang menambah kompleks suatu kondisi adalah seberapa besar resiko atau akibat dari pilihan pilihan yang tersedia dan mau kita ambil dan ukur resikonya selain juga fakta bahwa diera sekarang ini siapa yang bisa memenangkan gambaran pencitraan melalui berbagai media dengan jumlah pembaca atau pengikut yang besar akan menentukan siapa yang benar pada akhirnya.

Saat Anda memutuskan untuk tidak menyerobot lampu lalu lintas yang sudah menyala bisa jadi anda lihat disekeliling Anda masih ada beberapa kendaraan yang menyerobot atau bahkan kendaraan dibelakang Anda membunyikan klakson mendorong Anda untuk ikut berlomba menyerobot juga karena menurut mereka hal ini tidak lebih sebagai lomba For1 (baca: For One atau formula balapan dengan satu aturan : melanggar aturan adalah satu satunya aturan yang ada dan poin akhir ditentukan seberapa banyak dan beanr Anda mematuhi aturan tersebut).

Saat Anda mau tertib membayar pajak anda saksikan pihak lain dengan berbagai upaya berusaha membayar pajak lebih rendah dari yang seharusnya...Anda saksikan pula kondisi yang lebih parah ketika ada oknum pegawai pajak yang secara berjamaan memanipulasi uang setoran pajak demi kepentingan pribadi disaat remunisasi dan insentif khusus bagi mereka naik cukup besar.. Dan saat semua masalah diatas sana belum selesai bermunculan bak air hujan (istilahnya HUKUS =hujan kasus), berbagai kasus lain dari dugaan mafia kasus di berbagai instansi pemerintahan/hukum, bentrokan berdarah di koja, kasus Susno dan kasus kasus lainnya.

Belum lagi kasus atau permasalahan yang utama bagi diri kita yaitu memenuhi berbagai kebutuhan/kepentingan pribadi dan keluarga...ditengah arus kondisi hiruk pikuk dan tarikan nafas didada yang semakin sesak membuat kita berperilaku kurang adil atau menjadi figur yang tidak pantas ditiru oleh anak anak kita.

Figur yang kita inginkan adalah sosok the good or the best father namun bisa jadi figur yang ditangkap atau diterima oleh anak anak kita akan menjadi the bad or godfather sebuah keluarga mafia. Saat kita lebih sering menggunakan amarah untuk menunjukkan siapa yang berkuasa dan kemauan kita yang paling benar dan posisi anak anak adalah sebagai anak buah atau pribadi yang harus menurut secara kaku dan keras, disaat lain cacian dan makian atau perselisihan dengan pasangan yang berujung pada pertengkaran hebat sering terjadi didepan anak anak kita, sebagai father kita tidak bisa memberikan contoh yang baik bagi anak anak, tidak bisa melindungi dan menjadi sahabat bagi anak anak kita lalu kita mengharapkan kepatuhan dan kesetiaan dari mereka.

Atau secara instan kita mempercayakan anak anak kita dibawah asuhan pihak lain dengan alasan kesibukan kita dan tidak pernah mengecek bagaimana proses pendidikan dan pendewasaan anak anak tersebut. Kita lebih menginginkan ukuran ukuran nilai, ijasah, kepandaian, karir dan jabatan, proses yang cepat dan doktrin kemauan kita kepada anak anak kita dan mengabaikan apakah anak anak kita menikmati semua proses yang terjadi.

Dalam membiayai anak anak pun menjadikan kita merancang ide ide diluar etika dan norma yang pada ujungnya jika terpeleset akan menghancurkan semua yang pernah kita bangun selama ini dan jika belum atau tidak terpeleset berhati hatilah karena apa yang kita tanam pada akhirnya kita juga yang akan menuai.

Korupsi dan upeti terselubung, jasa fee diluar kebiasaan yang dibenarkan,penelikungan denda atau pembayaran yang seharusnya untuk pihak lain kita alihkan ke milik pribadi dan berbagai modus lainnya yang semakin lama semakin canggih dan sulit untuk dilacak.

Saat kita meninggal kelak memori anak anak kita akan mengenang sebuah film tentang bagaimana perjalanan diri kita menemani dan berinteraksi dengan mereka dan tentang bagaimana jejak jejak langkah kita mengisi jalannya cerita dan alur maupun hasil ending dari cerita itu berpengaruh besar bagi perjalanan bagaimana selanjutnya mereka membuat cerita sendiri tentang hidupnya kemudian untuk diwariskan kembali kepada anak turun mereka dan selanjutnya terus menerus...

Semua dari kita berharap kita akan dikenang setidaknya sebagai the good father bagi anak anak kita bukan hanya dalam artian fisik tetapi lebih jauh dan dalam lagi menaungi segala aspek emosi, spiritual, pemikiran dan energi positif yang pada akhirnya semua kebaikan akan menghasilkan kebaikan dan sisi negatif kita akan diampuni oleh pihak yang kita rugikan. Semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar