Kamis, 15 April 2010

Apa maumu


pernahkah Anda dihadapkan pada suatu kebimbangan? atau setidaknya pernah mendengar istilah buah simalakama dimakan si ayah mati tidak dimakan si anak yang mati semakin lama mikir makan yang mana maka keduanya akan mati. Intinya kita dihadapkan pada kondisi apapun pilihan yang kita ambil baik memilih atau tidak memilih pada akhirnya ada suatu hal yang tidak kita inginkan.

Jika kita terlalu sering mengalami kondisi kebimbangan tersebut maka- patut diduga-sebuah tanda bahwa kemampuan kita dalam menyelesaikan suatu masalah perlu dievaluasi dan ditingkatkan karena kecepatan perkembangan masalah semakin cepat dan terus updates sedangkan tingkat kemampuan diri kita untuk menyelesaikan banyak hal sekaligus masih sering menggunakan metode yang kita pelajari dimasa lampau.

Untuk urusan memilih menu makanan saja sering kali kita juga mengalami suatu kebimbangan hendak memilih menu apa yang saat ini ingin kita makan. Ada suatu perasaan hendak memilih menu A karena sepertinya menu ini baru dan lezat apalagi ditawarkan oleh Farah Quinn misalnya dan dipilihan yang lain ada menu B yang terasa mak nyuuuss dan merupakan menu andalah. Hendak memilih kedua akan berat diongkos dan perut yang tidak kuat lagi...

Disaat yang lain ketika terpaksa naik metromini di Ibukota kita sering dibuat bimbang oleh banyak hal. Mau duduk disamping orang yang kelihatannya sangar, agak bau atau tetap berdiri, mau memberi uang ke pengamen yang tiada putus silih berganti atau menolak, ada perasaan ikut senang luar biasa ketika metromini yang kita naiki ngebut sangat kencang karena kita sedang buru buru ke suatu tujuan dan disaat lain perasaan kita khawatir karena cara mengendarai sopir metromini yang kita naiki ugal ugalan ditambah lagi kita mengetahui suatu fakta bahwa suku cadang dan perawatan sebuah armada angkuta umum yang kurang bagus menjadi sebab utama kecelakaan...

Saat pindah atau bepergian kesuatu kota kita menginginkan segera banyak kenalan atau kawan yang baik dan bisa membantu ketika dalam kondisi sulit atau sekedar bertukar informasi. Disaat yang lain kita lebih ingin menyendiri karena kita menyadari permasalahan yang kita hadapi sesunguhnya kita juga yang harus menyelesaikannya. Meminta saran dan pendapat, masukan atau lari dari kenyataan pada akhirnya harus ada tindakan nyata yang kita buat untuk menyelesaikannya.

Saat sendiri kita merasa butuh dan perlu kekasih atau pasangan, berbagai hal kita upayakan untuk mendapatkannya. perjuangan saat pendekatan atau memori dan kenangan saat indah bersama adalah sebuah kebahagian tersendiri. Disaat lain kita merasa menyesal telah mengenal mantan kekasih yang telah sekian lama menemani dalam suka dan duka... ada perasaan pada akhirnya kesendirian jauh lebih baik, kita merasakan suatu kebebasan. Atau disaat beban sedemikian beratnya karena tindakan pasangan yang terus menerus membuat kita kecewa kita ingin segera membebaskan diri kita keluar dari kondisi ini entah dengan bercerai atau sekedar putus bagi yang belum menikah ...dan kita tidak peduli lagi bagaimana nanti dengan anak anak atau keluarga atau apapun resiko yang ada jika langkah ini terpaksa kta ambil. Kita perlu mengambil jarak yang cukup untuk sejenak meredakan beban yang kita alami.

Saat yang lain kita menantikan sang buah hati lahir kedua ini melengkapi kebahagian yang sudah ada. hari demi hari penantian itu terasa lebih lama dari biasanya dan tibalah waktu ketika proses antara hidup dan mati bagi sang ibu itu terjadi...dan senyum kecil cari bibir mungil membawa cahaya terang keajaiban seperti pesan dari Tuhan ketika menitipkan sesuatu yang sangat berharga bagiNya untuk kita. Kita dipercaya oleh Tuhan merawat dan mendidik titipan dari Sang Hidup.

Saat tumbuh berkembang, kedekatan dan rasa cinta kita curahkan kepada anak kita sedemikian besarnya hingga kadang pasangan merasakan agak tersisihkan. Disaat kelucuan mulai memudar dengan berbagai pertanyaannya, saat tawa dan canda diselingi tangis dan rengekan permohonan, saat senyumnya mulai bisa berarti lain dari sekedar senang...kita merasa bingung dengan berbagai hal yang kemudian menghilang dari anak kita dan berubah menjadi sesuatu hal yang lain yang tidak kita sukai. Saat anak mulai membanting sesuatu saat marah, mulai bisa teriak teriak menangis dengan kerasnya saat berada ditempat umum, saat pertanyaan yang aneh aneh muncul dari mulutnya dan kita belum siap untuk menajwabnya. saat berbagai tuntutan dari yang wajar sampai hanya karena tren dari teman menyerang dan menyergap pengahsilan kita bertubi tubi...saat kita murka dan bereaksi lebih terhadap sikap anak kita kemudian pasangan justru menohok kita dengan pernyataan yang kurang simpati atau memperkeruh suasana....istilah sang sutradara 'The perfect strom" saat semua kondisi menekan suasana batin dan perasaan kita sebagai pribadi.

Saat kita ingin lari atau menemukan tempat beristirahat dan ditemani orang lain untuk sekedar membuat kita nyaman dan kemudian kita terjebak dalam kondisi kecanduan. Disatu sisi kita sudah merasa tidak bisa berbuat lagi karena semua situasi sudah menyudutkan dan tanpa solusi sedangkan disisi lain kita mulai menikmati pelarian kita. Saat kita semakin tenggelam dalam pelarian kita apapun itu semakin menuntut kita untuk meninggalkan peran kita yang sesungguhnya dan disaat itulah puncak dari pertanyaan yang sejatinya harus kita jawab" apa maumu?"

Kemampuan kita untuk segera menjawab, berani menjawab dan segera menemukan jawaban serta bertindak atas dasar jawaban kita dan konsisten bahwa selalu ada jawaban diatas jawaban maupun pertanyaan yang silih berganti bertanya dan seolah memberi solusi.

Semoga kita semakin hari semakin baik dalam mengelola perasaan dan kebimbangan yang kita alami.. semua perasaan bimbang tersebut adalah penanda adanya suatu hal yang patut kita waspadai dan sebagai ujian kesungguhan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar