Rabu, 14 April 2010

Anakmu bukanlah milikmu...


Apakah anda sebagai orang tua merasa memiliki Anak Anda? atau jika anda sebagai anak apakah Anda merasa Anda benar benar dimiliki oleh orang tua Anda? Dimiliki disini bukanlah pernyataan klise yang bernada 'jaim' atau jaga image tetapi sebuah pertanyaan yang harus kita jawab secara jujur dan dibuktikan bukan hanya dengan kata dan perbuatan tetapi juga dengan pengesahan/legitimasi.

sebelum lebih jauh membahas apa dan kenapa harus ada legitimasi segala marilah kita menjawab apa yang terjadi pada diri kita terlebih dahulu dan kemudian mencoba mencari benang merah dan hubungannya dengan mengetahui perbedaan antara mengetahui konsep kepemilikan anak yang kita miliki dengan yang seharusnya dilakukan.

Sedikit renungan akan eksistensi diri kita, Jika kita ditanya siapakah diri kita ini ? jawaban sederhana adalah nama saya A dengan pekerjaan B dan saya tinggal di C berikut daftar hobi, kesukaan dan kecenderungan tertentu yang masing masing pribadi unik dan berbeda satu dengan yang lainnya.

hanya masalah nama saja banyak diantara kita yang menganggap bahwa nama tidaklah bisa dianggap sebagai nama apalagi diawali dengan kata hanya yang bernada meremehkan, bagi sebagian nama adalah sebuah harta tidak ternilai dan terkait dengan nama baik, harga diri dan kalau yang senang marketing nama adalah harta dan merek dagang.

Ada juga diantara kita yang kurang puas atau merasa rendah diri ketika nama kita keluar dari jalur trend media/jaman yang menjual dan memunculkan image tertentu dan kemudian menggantinya dengan nama baru yang lebih wah...istilah kerennya upgrade nama...wah wahhh..

Ketika diri kita terus menggali lebih dalam lagi bertanya kedalam diri kita, mereview ulang apa yang selama ini telah kita kerjakan, bagaimana jika sewaktu waktu kita meninggal dunia misalnya dan bagaimana pada akhirnya kita memperlakukan atau menganggap anak kita. Apakah sebagai pemilik ataukah sebagai yang lain?

banyak diantara kita akan menjawab bahwa anak adalah sebagai penerus atau penjaga eksistensi kelangsungan darah atau keturunan. Ketika belum ada keturunan maka akan mengupayakan secara maksimal untuk mendapatkannya meski disebagian masyarakat yang lain sering kita melihat atau mendengar berita berita bagaimana bayi dibuang atau ditelantarkan.

Diantara kita juga menganggap bahwa anak adalah milik kita dan sebagai dasar mendidik dan membesarkan anak akan dianggap sebagai investasi. akan ada investasi yang berhasil atau untung dan akan ada investasi yang gagal atau merugi. Saat kita tidak menginginkan investasi kita gagal maka kita akan melakukan apa saja yang perlu dilakukan untuk membuat investasi kita berhasil. Ada juga diantara kita yang tidak mau mengakui niat dibalik sebenarnya dari tindakannya dalam mendidik anak atau tidak tahu bagaimana membesarkan anak karena itu adalah tugas dari wanita atau isteri atau ibu yang pada intinya itu adalah tugas perempuan...walah. Ada juga diantara kita yang merasa sangat resah karena ketika sudah anak kelima jenis kelaminnya masih tetap sama, jika kelima-limanya perempuan kita masih menginginkan yang berikutnya terlahir laki laki dan begitu sebaliknya...ternyata keinginan kita sedemikian banyaknya dan mensyarakat banyak hal agar kita merasa nyaman dan atas dasar itulah maka kita mengetahui bahwa sebenarnya faktor kelegaan dan kenyamanan ini merupakan faktor dominan yang dicari oleh semua orang terlepas seberapa canggih kemampuan tehnis dan kecerdasannya baik menyadari maupun tidak akan fakta ini.

Dalam proses tumbuh kembang anak menjadi dewasa maka kita sebagai orang tua berperan sangat besar didalamnya atau jika kita sebagai anak maka jalan hidup kita sebenarnya sangat ditentukan bagaimana sikap dan perilaku orang tua atau siapapun yang membesarkan diri kita. Dalam proses ini seringkali kita jumpai bagaimana proses keluarga yang berangkat dari latar belakang mama atau papa tiri banyak sekali kasus ketika kita hidup satu atap atau berinteraksi dengan seseorang yang kurang nyaman meski pada awal proses sekalipun. Lengkapnya kedua orang tua dalam proses perkembangan seseorang juag belum menjamin keberhasilan seseorang jika apa yang dilakukan justru kontra produktif terhadap proses perkembangan si anak.

Kita semua menyadari bahwa pada akhirnya tidak ada niat sedikitpun dari orang tua kita atau ketika kita sebagai orang tua berniat menjerumuskan anak kita kedalam kesulitan atau kondisi yang buruk namun harus dicatat disini bahwa apapun tindakan super yang kita lakukan jika dimata anak atau menurut sudut pandang anak bukan yang sebenarnya dan terjadi mispersepsi dan gap antara orangtua dan anak maka hal tersebut akan berakibat fatal bagi sanga anak..dan nantinya efek domino akan kembali kepada orang tuanya.

perkembangan tehnologi dan bagaimana akses penyalahgunaan fasilitas dan tehnilogi sudah sedemikian dasyatnya. Sebagai orang tua jika sampai ketinggalan dengan proses perkembangan ankanya maka akn mucul gap komunikasi dan pada akhirnya akan mudah memicu konflik. Kondisi kemapanan financial dan tercapainya semua tahapan kemampuan ekonomi tidak membaut diri seseorang merasa nyaman dan bahagia secara emosi. Apalagi kondisi ini diperparah oleh semakin meningkatnya tren gaya hidup yang serba instan serba mudah dan serba mewah...

Pengesahan atau legitimasi kita sebagai orang tua bagi sang anak sering diukur dari seberapa besar dan tinggi prestasi dan kinerja anak tersebut, anak menjadi semacam lomba dan agenda bahan kebanggan dimanapun ketika kita bersosial baik dilingkup kecil keluarga atau masyarakat. Rasa kebanggaan ini bukanlah hal yang salah jika saja prosesnya adalah kebanggaan dan kebahagian anak sebagai yang utama dan kita sebagai orang tua yang berperan memfasilitasi segala kemajuan buah hati kita turut mendapatkan hasil positifnya. Kita sering bertindak secara tidak sadar memvonis dan menghukum potensi dan prestasi unik dari anak anak kita dengan berbagai doktrin versi kita yang mungkin secara tidak sadar kita terima secara turun temurun dari jamannya patih mojopahit (siapa tahu Anda adalah keturunannya...he he).

Pada dasarnya setiap kita dan anak kita berhak mendapatkan apapun dukungan yang membuatnya berkembang menjadi seperti potensi yang seharusnya. Kadang kelemahan dan ketidakmampuan kita dalam melihat secara jernih apa yang sesungguhnya terjadi membuat kita salah dalam melangkah.

Semoga kita mampu menyadari bahwa kebahagian anak adalah yang utama sebagaimana kita dahulu sebagai mantan anak anak menginginkan satu hal yang mendasar...yaitu kita menginginkan rasa cinta dengan tanpa embel embel apapun....cukup dekap dan pelukan penuh kasih dan sayang, usapan lembut rambut dan bisikan bisikan yang membangkitkan semangat dan jiwa murni kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar