Minggu, 11 April 2010

FEAR FACTORS

Pernahkan Anda melihat tayangan 'fear factors'? Sebuah tayangan TV yang menguji sampai dimana tingkat keberanian Anda. Berbagai tahapan tes untuk mengadu kemampuan peserta dalam mengatasi rasa takutnya harus dilewati tiap peserta dan sebagai hadiah sejumlah uang yang besar menanti bagi sang pemenang.

Berbagai tantangan yang dihadapi untuk menguji bagaimana mengatasi rasa takut peserta misalnya memakan jus dari campuran binatang yang "menjijikkan", mengatasi ketinggian dengan kecepatan dan ketangkasan, berbagai tantangan dalam situasi yang mencekam di arus air yang besar, ketinggian bangunan dan lainnya plus tambahan kombinasi tekanan dari peserta lain maupun pembawa acara yang sengaja memprovokasi peserta.

Dari tayangan tersebut kita mendapatkan fakta yang unik, yaitu bahwa berbagai bentuk ketakutan yang kita alami dan rasakan ternyata adalah hasil dari proses 'belajar' mengenali, menganalisa, dan mengambil kesimpulan bahwa secara logis maupun intuisi sesuatu hal itu memang membuat kita takut.

Dalam kehidupan sehari hari sering kali kita mengalami berbagai bentuk atau perwujudan dari rasa takut. Saat suami terlambat pulang dari dinas luar kota dan belum ada kabar, sang isteri dihinggapi rasa cemas ada rasa ketakutan yang mendominasi pikirannya...berbagai bayangan seperti apakah suamiku sedang selingkuh? apakah suamiku selamat dalam perjalanan? apakah dan apakah yang lain silih berganti berpromosi kepada hati dan perasaan kita berusaha mengiklankan laporannya lah yang mendekati kebenaran.

Saat menjelang pengumunan ujian nasional kita sebagai orangtua ikut merasakan tekanan dan kekhawatiran yang dirasakan oleh anak anak kita. bagaimana kalau nanti tidak lulus? bagaimana nanti kalau anak saya justru terlalu terbeban sehingga saat ujian semua materi yang sudah dipelajari akan hilang ketika kecemasan mencuat.

Saat kita harus memutuskan berbagai keputusan penting dalam kehidupan sehari hari maka seringkali kebimbangan muncul. Opsi apa yang harus diambil diantara berbagai opsi yang tersedia ditengah tenggat waktu yang tidak terlalu mau menunggu. Ketakutan kadang muncul apakah opsi yang dipilih sudah tepat karena kemampuan menciptakan dan menemukan opsi selalu terbatas pada hal hal yang berada dalam kendali diri kita, sesuatu hal yang sudah kita pahami dan ketahui. Memiliki Opsi pilihan saja masih bimbang apalagi tidak mempunyai pilihan sama sekali???

Saat menjalankan sebuah rencana dan dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak mudah sering perasaan ingin sesaat berhenti menyerah muncul dalam bentuk malas, masa bodoh dan akhirnya diikuti oleh tenggelamnya diri kita dalam pelarian dan bersembunyi dari berbagai kenyataan yang ada.

Dari berbagai ilustrasi diatas ada dua fakta menarik yang barangkali berguna bagi kita. Yang pertama adalah adanya rasa takut yang kita pelajari dari proses kehidupan ini, jika seorang bayi (kurang dari 1th) didekatkan pada seekor harimau, ulat, ular, cicak, tikus dll maka bayi tersebut justru akan merespon dengan keingintahuan untuk mengenali/mendekat dan bukannya merespon dengan rasa takut, Jika perasaan takut yang kita alami sebagai bagian dalam proses pembelajaran menerima input input informasi yang memperkuat perasan takut sudah sedemikian kuat maka kecepatan respon dan tindakan kita sangat dipengaruhi oleh aspek ketakutan ini.

Yang kedua kapasitas atau kemampuan diri kita mempunyai potensi yang sama besarnya dalam membentuk hasil apakah berdampak positif atau negatif bagi diri kita. jika ketakutan akan sesuatu hal termasuk berbagai perasaan tidak mengenakkan yang mungkin kita alami berada di titik ekstrim yang negatif maka sebenarnya dengan suatu kondisi dan cara tertentu kita bisa mengubahnya menjadi berada dalam kondisi yang terkendali, merasa aman, nyaman dititik ektrim positif. Ketakutan bisa dihilangkan jika kita tahu apa penyebabnya dan membuat apapun sebab ketakutan itu menjadi kondisi yang aman dan nyaman bagi diri kita.

Semoga dengan ini kita bisa mempunyai kemampuan yang lebih besar lagi dalam mengatasi faktor ketakutan yang ada pada diri kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar